Laksamana Tadashi Maeda terkenal di Indonesia
sebagai perwira Jepang yang "membelot" dari tanah kelahirannya untuk
membantu memerdekakan Indonesia. Kabar dia diberi hukuman militer akibat
perbuatannya pun muncul setelah Indonesia merdeka 70 tahun yang lalu.
Namun, tuduhan tersebut dibantah langsung oleh anak tunggal Maeda, Nishimura Toaji. Dia mengatakan hukuman yang diberikan kepada ayahnya bukan karena membantu memerdekakan Indonesia.
"Beliau diperkarakan bukan karena membantu kemerdekaan Indonesia tapi memamg telah diincar sejak dulu," kata Toaji saat ditemui di Jakarta, Ahad (16/8).
Menurut Toaji, saat kembali ke Tokyo, sang ayah langsung menghadapi pengadilan dan didakwa. Namun karena Maeda menegaskan bahwa dirinya tidak suka peperangan akhirnya dia dibebaskan tanpa syarat.
"Akhirnya beliau tidak kembali ke politik dan militer," kata Toaji.
Setelah meninggalkan dunia militer dan politik, Toaji mengatakan sang ayah jatuh sakit saat usianya menginjak 70 tahun. Meski sakit, Maeda masih menyempatkan diri untuk mengunjungi Jakarta.
Bahkan, beberapa kali Mantan Presiden Soekarno menjenguk Maeda yang tengah sakit.
"Saat ayah saya sakit Soekarno datang menjenguk. Sayangnya ayah saya jarang memceritakan apa yang beliau kerjakan saat berkunjung ke Jakarta," ujarnya.
Toaji saat ini tengah di Jakarta. Dia datang karena mendapat undangan untuk menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun ke-70 Indonesia yang jatuh pada hari, Senin (17/8).
Sebelum menghadiri acara perayaan yang akan diadakan di Istana Negara tersebut, Toaji menyempatkan diri untuk mendatangi rumah sang ayah yang juga menjadi lokasi dirumuskannya naskah proklamasi.
Toaji mengaku sangat senang bisa hadir ke Indonesia. Apalagi dia mendapatkan sambutan yang cukup meriah saat datang ke Indonesia padahal dia hanya anak dari seorang Laksamana Maeda.
"Sebagai anak saya ingin melihat rumah orang tua saya," katanya singkat.
Saat tiba di kediaman Maeda, ingatan Toaji pun langsung tertuju pada sang ayah. Dia langsung menceritakan bagaimana sosok Maeda di matanya yang tidak suka dengan aturan-aturan.
Namun, tuduhan tersebut dibantah langsung oleh anak tunggal Maeda, Nishimura Toaji. Dia mengatakan hukuman yang diberikan kepada ayahnya bukan karena membantu memerdekakan Indonesia.
"Beliau diperkarakan bukan karena membantu kemerdekaan Indonesia tapi memamg telah diincar sejak dulu," kata Toaji saat ditemui di Jakarta, Ahad (16/8).
Menurut Toaji, saat kembali ke Tokyo, sang ayah langsung menghadapi pengadilan dan didakwa. Namun karena Maeda menegaskan bahwa dirinya tidak suka peperangan akhirnya dia dibebaskan tanpa syarat.
"Akhirnya beliau tidak kembali ke politik dan militer," kata Toaji.
Setelah meninggalkan dunia militer dan politik, Toaji mengatakan sang ayah jatuh sakit saat usianya menginjak 70 tahun. Meski sakit, Maeda masih menyempatkan diri untuk mengunjungi Jakarta.
Bahkan, beberapa kali Mantan Presiden Soekarno menjenguk Maeda yang tengah sakit.
"Saat ayah saya sakit Soekarno datang menjenguk. Sayangnya ayah saya jarang memceritakan apa yang beliau kerjakan saat berkunjung ke Jakarta," ujarnya.
Toaji saat ini tengah di Jakarta. Dia datang karena mendapat undangan untuk menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun ke-70 Indonesia yang jatuh pada hari, Senin (17/8).
Sebelum menghadiri acara perayaan yang akan diadakan di Istana Negara tersebut, Toaji menyempatkan diri untuk mendatangi rumah sang ayah yang juga menjadi lokasi dirumuskannya naskah proklamasi.
Toaji mengaku sangat senang bisa hadir ke Indonesia. Apalagi dia mendapatkan sambutan yang cukup meriah saat datang ke Indonesia padahal dia hanya anak dari seorang Laksamana Maeda.
"Sebagai anak saya ingin melihat rumah orang tua saya," katanya singkat.
Saat tiba di kediaman Maeda, ingatan Toaji pun langsung tertuju pada sang ayah. Dia langsung menceritakan bagaimana sosok Maeda di matanya yang tidak suka dengan aturan-aturan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar