Infertilitas atau ketidaksuburan
merupakan kondisi ketidakmampuan pasutri untuk mendapatkan kehamilan
setelah melakukan hubungan seksual secara teratur selama 1-2 tahun.
Faktor utama pemicu sebagian besar kasus infertilitas yang terjadi pada pria saat ini adalah gaya hidup dan lingkungan. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh pada fungsi reproduksi pria atau sperma, seperti misalnya pola makan, obesitas, polusi udara atau paparan zat beracun,
kebiasaan minum alkohol dan merokok, banyak duduk berjam-jam karena pekerjaan, dan bersinggungan dengan radiasi tinggi, serta kebiasaan memangku laptop.
Faktor lain yang bisa menjadi penyebab infertilitas pada pria, yaitu genetik, usia, gangguan hormon, kelainan organ reproduksi, penyakit infeksi,
dan penyakit tertentu lainnya. Mengetahui penyebab infertilitas pada
pria sangat perlu untuk dapat segera mengatasi kondisi sulit mendapatkan
keturunan. Infertilitas memang tidak menyebabkan kematian, namun bila
tidak kunjung teratasi bisa menjadi hubungan dalam keluarga tidak harmonis.
Untuk mengetahui pria subur atau tidak dapat diketahui dengan melalui pemeriksaan riwayat medis dan fisik oleh dokter, dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium. Berikut ini tes laboratorium yang umumnya dilakukan untuk mengetahui kesuburan pria :
1. Analisa sperma
Pemeriksaan sperma
merupakan bagian utama yang harus dijalankan. Pada analisa sperma, ada
tiga hal yang diperiksa untuk mengevaluasi fertilitas atau kesuburan
pria adalah jumlah, kualitas gerakan dan bentuk sperma.
Pemeriksaan analisa sperma
diperlukan persiapan khusus sebelumnya, yaitu tidak boleh mengalami
ejakulasi, baik melalui aktivitas seksual, masturbasi atau pun
pengeluaran sperma pada saat mimpi dalam waktu 2-7 hari sebelum
pemeriksaan. Hal ini wajib dipatuhi karena akan mempengaruhi kuantitas
dan kualitas sperma.
2. Urinalisis
Pemeriksaan urin lengkap paska ejakulasi dilakukan untuk menunjang
dugaan retrogade ejaculation, yaitu suatu keadaan kelainan pada saluran
keluarnya sperma yang mengakibatkan sperma tidak keluar sebagaimana
mestinya, melainkan masuk dan keluar melalui saluran kemih.
3. Folicle stimulating hormone (FSH)
Folicle stimulating hormone (FSH) diproduksi oleh kelenjar pituitari, organ berukuran anggur yang ditemukan pada dasar otak.
Pada pria, FSH menstimulasi testis untuk memproduksi sperma yang
matang. Kadar FSH relatif konstan setelah masa remaja atau pubertas.
Pemeriksaan FSH kerap kali dilakukan bersama dengan pemeriksaan hormon
lain yaitu luteinizing hormone (LH) untuk evaluasi infertilitas pada
pria. Pengukuran kadar FSH berguna untuk menentukan penyebab jumlah
sperma yang sedikit pada pria.
4. Luteinizing hormone (LH)
Sama seperti FSH, luteinizing hormone (LH) juga diproduksi oleh kelenjar
pituitari dan kadarnya relatif konstan setelah masa remaja atau
pubertas. LH pada pria akan merangsang tipe sel tertentu (sel Leydig)
dalam testis untuk memproduksi testosteron.
Pemeriksaan
FSH juga kerap kali dilakukan bersama dengan pemeriksaan hormon lain
yaitu luteinizing hormone (LH) untuk evaluasi infertilitas pada pria.
Pengukuran kadar LH berguna untuk diagnosis penyakit pituitasri atau
penyakit terkait testis.
5. Prolaktin
Prolaktin adalah hormon yang diproduksi oleh bagian depan dari kelenjar
pituitari. Secara normal, prolaktin terdapat dalam jumlah yang sedikit
pada pria dan wanita tidak hamil. Hormon prolaktin memiliki peran utama pada proses laktasi (produksi ASI).
Pemeriksaan prolaktin bersama dengan pemeriksaan hormon lain dapat
digunakan untuk membantu diagnosis infertilitas dan disfungsi ereksi
pada pria. Peningkatan kadar prolaktin pada pria dapat menyebabkan
penurunan libido dan fungsi seksual atau kemandulan secara bertahap.
Dalam periode 24 jam kadar prolaktin bervariasi, meningkat selama tidur dan mencapai puncak pada pagi hari. Secara ideal, sampel darah untuk pemeriksaan prolaktin sebaiknya diambil segera setelah bangun tidur di pagi hari dan beristirahat tenang selama 30 menit sebelumnya, atau sesuai dengan petunjuk dokter.
Pemeriksaan infertilitas bagi pria lebih mudah, tidak menyakitkan, dan
biayanya lebih terjangkau dibandingkan pemeriksaan untuk wanita. Ketika
satu pasutri mengalami kesulitan mendapatkan keturunan, lebih baik bila
pihak pria yang melakukan pemeriksaan inertilitas terlebih dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar